WELCOME

Hello! Welcome to my blog. You can know anything about me here. Hope you like my post. Enjoy it friends! :)

Jumat, 11 Januari 2013

Nenek Pakande

Nenek Pakande adalah seorang nenek siluman yang sering menjadi momok bagi masyarakat Bugis di daerah Soppeng, Sulawesi Selatan. Nenek Pakande ini konon sering memangsa bayi-bayi. Dalam bahasa Bugis, kata pakande berasal dari kata pakkanre-kanre tau yang berarti suka memakan daging manusia. Berikut adalah kisahnya.

***
 
Alkisah di suatu daerah di Soppeng (sebuah Kabupaten di Sulawesi Selatan), terdapat suatu desa dengan rakyatnya sangat bersahabat, senantiasa hidup tentram, damai, dan sejahtera. Hampir atau bahkan seluruh masyarakat yang tinggal di daerah itu bermata pencaharian sebagai seorang petani. Setiap hari mereka berbondong-bondong ke sawah untuk bertani di lahan mereka masing-masing.

Pada suatu ketika, desa yang terkenal tentram tersebut terusik oleh seorang nenek tua yang rambutnya berwarna putihmemakai konde di kepalanya, wajah yang keriput, dengan badan yang setengah membungkuk, lalu memakai sarung batik dan kemeja. Sekilas terlihat nenek itu hanyalah seorang nenek tua yang biasa-biasa saja yang sedang mencari tempt tinggal. Tapi siapa yang menyangka bahwa nenek tua itu adalah seorang siluman yang suka memangsa daging manusia terlebihnya daging anak-anak. Dengan karakternya yang dikenal seperti itu, maka warga setempat pun menamai nenek itu dengan sebutan Nenek Pakande (diambil dari bahasa Bugis yaitu kata manre yang berarti makan). Biasanya Nenek Pakande itu berkeliaran keliling kampung untuk mencari mangsa pada hari ketika sang fajar sudah mulai tenggelam.
Suatu sore saat hari sudah mulai gelap, ada sepasang saudara kakak beradik yang tengah seru bermain di sekitar halaman rumah mereka

“Nak, ayo cepat masuk ke rumah ini sudah malam!” Seru ibunya dari balik pintu.

Akan tetapi kedua bersaudara itu sedikit pun tak menghiraukan apa yang diperintahkan oleh ibunya dan kemudian kembali lagi bermain. Mereka hanya memanggap perintah ibunya hanyalah angin yang berhembus begitu saja. Tidak lama kemudian, ibu dari kedua anak itu pun sejenak menghampiri kedua anaknya dan menyuruhnya masuk, tetapi kedua anak itu tetap saja membandel. Dan ibu itu pun kembali masuk ke rumahnya dan membiarkan anak-anaknya bermain.
                
Tanpa ibu itu menyadari bahwa anaknya sedang dipantau dari jarak jauh oleh Nenek Pakande. Melihat suasana yang sangat sunyi, tak ada seorang pun yang berlalu-lalang di sekitar tempat itu, Nenek Pakande mempergunakan waktu itu untuk menculik kedua anak tersebut lalu dijadikannya mangsa.
                
Berselang waktu kemudian, ibu dua orang anak tersebut keluar dan didapatinya kedua anaknya sudah tak ada di tempatnya lagi. Lalu ia mencari ke seluruh penjuru rumahnya tetapi ia tak menemukan anaknya sekali pun. Ia pun bergegas keluar rumah sambil teriak minta tolong.
               
“Tolong…..tolong…..tolong….. Anakku hilang!” dengan suara yang tersedu-sedu sambil menangis.
“Ada apa bu? Apa yang terjadi dengan anak ibu?” sapa salah satu warga setempat.
                
Lalu ibu itu pun menceritakan apa-apa yang telah terjadi dengan anak-anaknya kepada bapak itu. Kemudian bapak itu segera memanggil warga untuk membantunya mencari. Lambat laung pun warga sudah terkumpul banyak, siap untuk melakukan pencarian menelusuri kampung-kampung dengan alat penerangan seadanya.
                
Hingga larut malam pun tiba, kedua anak tersebut tak kunjung jua ditemukan. Akhirnya kepala kampung yang memimpin pencarian tersebut meminta pencarian itu dihentikan sementara.
                
Keesokan harinya saat pencarian akan dilakukan kembali, tiba-tiba ada laporan dari seorang warga yang kehilangan bayinya, ketika saat itu orang tua bayi tersebut sedang tertidur nyenyak. Warga setempat pun semakin resah dengan kejadian yang saat ini menimpa desa mereka.

Ketika malam tiba para orang tua tidak bisa menutup kedua kelopak matanya karena dihantui rasa cemas. Mereka harus memantau anak-anak mereka serta menjaganya hingga pagi menjemput.

Saat para warga berkumpul di suatu titik di desa mereka, mereka menceritakan setiap kekhawatiran yang mereka alami saat malam hari tiba. Mereka bingung, siapa dalang di balik penculikan misterius ini.

Seketika ada seorang warga yang mengusulkan untuk pergi ke rumah Nenek Pakande. Karena warga setempat tahu bahwa Nenek Pakande adalah seorang pemangsa anak-anak.

“Kenapa kita hanya berdiam diri saja di sini, kenapa kita tidak langsung saja beramai-ramai ke rumah Nenek Pakande itu? Karena besar kemungkinan dia yang telah menculik anak-anak yang ada di desa kita.”
               
“Hei, bukankah Nenek Pakande itu adalah seseorang yang sangat sakti, karena dia memiliki kekuatan gaib yang sulit untuk ditaklukkan.” Tentang salah seorang warga lainnya.
               
“Ya benar juga, Nenek Pakande adalah seorang siluman yang sangat sakti, tak ada seorang manusia biasa pun yang bisa mengalahkan kesaktiannya. Setauku Nenek Pakande hanya takut kepada sosok raksasa yang bernama Raja Bangkung Pitu Reppa Rawo Ale. Tetapi sekarang entah di mana raksasa itu berada. Kabar serta seluk beluk tubuhnya pun tak pernah lagi terdengar dan terlihat.” Jawabnya seorang warga lagi.

Raja Bangkung Pitu Reppa Rawo Ale adalah sesosok raksasa yang tingginya diperkiran 7 hasta dengan badan yang sangat besar, dia juga suka memakan daging manusia. Akan tetapi dia adalah raksasa yang baik hati, hanya memakan manusia yang bersifat buruk dan manusia yang tidak disukainya.
               
“Lantas apa yang harus kita perbuat sekarang untuk memusnahkan Nenek Pakande itu?” melanjutkan pertanyaan.
               
Tak seorang pun dari mereka yang ingin angkat bicara, suasana saat itu tiba-tiba menjadi diam, penuh kecemasan dan kekhawatiran, dan mereka kebingungan tentang masalah itu.
               
Di tengah-tengah kecemasan tersebut, seorang pemuda yang berdiri di tengah-tengah sekumpulan warga pun angkat bicara. Pemuda tersebut bernama La Beddu, dia adalah pemuda yang cerdik, pandai, lagi berani. Dia dikenal warga sebagai pemuda yang ramah, taat beribadah, dan suka membantu orang yang sedang tertimpa masalah.
               
“Maaf para warga-warga desa jika saya lancang, tapi saya punya suatu cara untuk mengenyahkan Nenek Pakande dari desa kita.”
               
Suasana pun menjadi hening seketika. Timbullah ribuan harapan yang tertimbun di dalam diri setiap warga, tapi tidak sedikit pula warga yang memandangnya sebelah mata dengan pandangan yang merendahkan, karena mereka tidak yakin bahwa La Beddu bisa mengalahkan Nenek Pakande.
               
“Hai La Beddu, apa kuasamu? Kamu hanyalah pemuda biasa yang tidak memiliki kesaktian sedikit pun, dibandingkan dengan Nenek Pakande yang kesaktiannya sangat kuat.” Jawab seorang warga selaku merendahkan.
               
La Beddu kemudian diam dan tersenyum dan melanjutkan pembicaraan dengan nada yang tenang.
               
“Tidak selamanya kesaktian harus dilawan dengan kesaktian pula. Kita sebagai manusia diberi akal untuk berfikir.” Jelas La Beddu.
               
“Apa sekiranya maksudmu itu La Beddu? Apakah kamu tak takut sedikit pun dengan Nenek Pakande?” Tanya warga tersebut sekali lagi.
               
“Maksud saya, kita bisa melawan Nenek Pakande tidak harus ketika kita memiliki kesaktian yang kuat. Kita bisa melawannya dengan akal cerdik kita. Jika kita saling bahu membahu melawannya, yakinlah bahwa kita bisa mengenyahkannya. Maka dari itu siapkan saya beberapa ekor belut dan kura-kura, salaga (garu), busa sabun satu ember, kulit rebung yang sudah kering, dan sebuah batu besar. Dan setelah itu kumpulkanlah semua hewan dan benda-benda itu di rumah saya.” Seru La Beddu.
               
“Untuk apa hewan beserta benda-benda tersebut La Beddu?” Tanya warga lainnya.
               

“Nantilah kalian mengetahuinya setelah apa yang ku perintahkan telah terkumpul semua di rumahku.” Jawab La Beddu.
               
Seketika pun warga membubarkan diri mereka masing-masing dan segera mencari apa yang diperintahkan oleh La Beddu. Ada yang mencari belut di sawah-sawah, kura-kura di sungai, dan yang lainnya sibuk membuat salaga dan menyiapkan busa sabun satu ember. Setelah semuanya terkumpul, barulah mereka menuju ke rumah La Beddu dan mengumpulkan semua apa yang telah diperintahkannya.
               
“Hai La Beddu, sekarang jelaskan kepada kami apa guna barang yang telah engkau suruhkan kepada kami!” seru seorang warga.
               
La Beddu pun kemudian menjelaskan apa guna dari barang-barang tersebut. Selaga akan dia jadikan menyerupai sisir dan kura-kura sebagai kutu raksasa. Busa sabun ia akan jadikan menyerupai air liur, kulit rebung sebagai terompet atau pembesar suara agar menyerupai suara besar seorang raksasa. Adapun belut dan batu besar akan di tempatkan di depan pintu dan di bawah tangga. Itu semua aku perintahkan agar kita bisa mengelabui Nenek Pakande dengan menyamar sebagai raksasa.
               
Pada siang hari, La Beddu beserta warga pun menyusun rencana untuk mengelabui  Nenek Pakande. Dua orang utusan warga diperintahkan untuk menaruh belut dan batu besar di depan pintu dan di bawah tangga kemudian bersembunyi di bawah rumah panggung.
               
Setelah matahari sudah mulai tak nampak lagi dan hari sudah mulai gelap, para warga mengunci rapat-rapat pintu mereka dan memadamkan lampu pelita mereka. Ini adalah sebagian dari rencana La Beddu karena ada sebuah rumah yang terletak paling ujung di perkampungan mereka yang dinamakan Balla Raja, rumah itu adalah rumah panggung yang sangat besar. Di rumah itu diberikan cahaya lampu yang paling terang agar Nenek Pakande tersebut terpancing dan menuju ke rumah itu. Salah satu umpan yang lain adalah di taruhnya anak bayi di dalam suatu kamar tetapi dalam pengawasan ketat warga setempat. Sementara La Beddu bersembunyi di atas genteng.
            
Malam itu adalah malam Jum’at, di mana sinar rembulan sangat terang. Saat Nenek Pakande sudah mulai berkeliaran, dia heran mengapa semua lampu tak ada satu pun yang menyala keculai rumah yang bernama Balla Raja. Nenek Pakande pun menghampiri rumah tersebut. Beberapa saat kemudian setelah Nenek Pakande tiba di depan pintu yang sangat besar dia mencium aroma seorang bayi dari dalam rumah tersebut. Tanpa berpikir panjang, Nenek Pakande pun masuk ke dalam rumah tersebut.  Tanpa sepengetahuan Nenek Pakande, 2 orang pemuda tersebut melaksanakan tugasnya dan kembali bersembunyi. Ketika dia berhadapan dengan pintu kamar yang sangat tinggi dan besar, Nenek pakande pun semakin merasakan aroma bayi tersebut.

Seketika muncullah suara misterius yang menyapa Nenek Pakande.
               
“Hei Nenek Pakande, apa gerangan yang membuat engkau datang ke mari?” Tanya La Beddu yang menyamar sebagai raksasa besar Raja Bangkung Pitu Reppa Rawo Ale.
               
“Saya ingin mengambil bayi yang ada dibalik pintu besar itu. Siapa kamu?” jawab Nenek Pakande.
               
“Saya Raja Bangkung Pitu Reppa Rawo Ale, dan saya ingin kamu pergi dari desa ini sejauh mungkin karena sudah meresahkan warga setempat.” Ujar sang raksasa.
               
“Ahh, saya tidak percaya jikalau kamu ada raksasa Raja Bangkung Pitu Reppa Rawo Ale.”

Jawab Nenek Pakande dengan menambah beberapa langkah kakinya selaku mengacuhkan.
               
La Beddu pun menumpahkan seember busa sabun yang dipakainya untuk mengelabuhi Nenek Pakande sebagai air liur raksasa. Lalu memperdengarkan suara mengaumnya.
               
“Aku lapar Nenek Pakande, lihatlah air liurku sudah mengalir. Jika kau tak segera enyah dari hadapanku, maka kau akan menjadi santapanku.”
               
Dengan dihantui rasa cemas, Nenek Pakande pun berkata lagi, “Hihihi, saya tidak percaya denganmu, pasti kamu hanyalah orang biasa yang menyamar sebagai Raja Bangkung Pitu Reppa Rawo Ale.”
               
La Beddu pun menjatuhkan selaga yang dibuatnya menyerupai sisir yang besar dan kura-kura secara beruntun.
               
“Ah.. Kutu ini banyak menggangguku dan membuat kepalaku gatal saja.” Kata Sang Pemuda yang mengaum.

“ Nenek Pakande, kau jangan membuatku jadi lebih marah lagi.” Lanjut La Beddu.

Melihat kura-kura dan selaga yang jatuh ke lantai, membuat nyali Nenek Pakande akhirnya ciut juga. Tanpa menunggu lama, Nenek pakande pun lari menuju pintu keluar. Tanpa dilihatnya, dia menginjak seekor belut dan terpeleset jatuh hingga anak tangga yang paling akhir dan kepalanya terbentur pada batu besar yang telah disiapkan. Tetapi Nenek Pakande tetap memaksakan diri untuk bangkit kembali. Sebelum meninggalkan desa itu, Nenek Pakande meninggalkan suatu pesan “Saya akan memantau anak kalian dari atas sana dengan cahaya rembulan di malam yang sangat gelap. Dan suatu saat nanti saya akan kembali memangsa anak-anak kalian.”
 ***
Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita ini salah satunya adalah keutamaan menggunakan akal sehat yang ditunjukkan oleh sikap La Beddu.


Jumat, 24 Agustus 2012

Belajar dulu? Atau twitteran dulu?

BELAJAR. Ya, ini adalah kewajiban setiap orang, terutama pelajar. Ini sangat penting dilakukan untuk mendapatkan ilmu yang maksimal. Belajar bisa dilakuin dimana saja. Di sekolah (kalo ini sih sudah pasti), di rumah, bahkan di jalan. Tapi kayaknya itu semua akan sulit dilakukan sekarang. Alasannya? Kayaknya udah pada tau semua deh-_- Apalagi kalo bukan godaan untuk main twitter dan bbm-an. Ya betul banget, dan itu terjadi sama gue (dan kayaknya bukan cuman gue) Gara-gara twitter dan smartphone gue itu-_- tugas gue numpuk!!!!!!!!!!!!!!! Tapi gimana yah, kayaknya gue udah kecanduan twitter dan sulit untuk dihentikan. Tiap mau nyentuh buku pr, kayaknya mood itu langsung hancur. Beda sama twitter, apa lagi kalo bb lednya nyala hm......langsung deh mood kembali baik wkwk. Tiap kali berusaha buat belajar, emang sih belajar tapi kebanyakan twitterannya -__- ampun deh, sampai kapan gue harus seperti ini x_x

Gue mulai berfikir untuk buat jadwal belajar dan udah keliatan manfaatnya walaupun masih sedikit hehe.
Kayak gini nih:
1. Buat jadwal untuk belajar/jadwal pekerjaan yang harus kamu kerjakan selama seminggu. Yah paling sedikit 30 menit atau 1 jam sehari deh belajarnya (tapi ini untuk di rumah ya). Kalau perlu buat jadwalnya semenarik mungkin biar kita juga ga bosan buat liat jadwal yang udah kita buat. Kalau perlu tempel foto deh tuh jadwal kamu (yang ini lebeh -_- hahahahah)

2. Jangan pernah berfikir untuk menunda pekerjaan rumah kamu (pr) hanya karena twitter. Lebih baik selesaikan dulu yang penting-penting. Kalo lagi ngerjain pr, jauh-jauhin deh tuh hp kamu kalo perlu non-aktifin dulu biar ga keganggu dengan bc,notifikasi dr twitter, atau apalah semacamnya. Emang sih rasanya tuh tangan gatal kalo ga pegang hp, tapi coba deh I know, this is very difficult for those of you who are unfamiliar. Tapi ini kan juga demi kebaikan kita. Jangan sampai kita dikalahkan oleh nafsu kita untuk twitteran, karena kalau sampai terjadi, yang susah siapa? Kita sendiri. Dan ujung-ujungnya kita akan mengeluh sendiri gara-gara pr kita banyak, marah sama guru-lah apalah padahalkan itu karena kita sendiri yang selalu menunda-nunda pekerjaan dan akhirnya menumpuk. Marah-marah di twitter, ngeluh di twitter, sampai-sampai ngatain guru gara-gara ngasih tugas banyak banget. Sebenarnya itu akan jadi mudah kalau kita bisa mengatur waktu kita, kapan harus belajar dan kapan harus bersenang-senang dengan twitter ;)


3. Kalau misalnya pr kamu masih lama dikumpulinnya, anggapa aja pr itu akan dikumpul besok, jadikan otomatis kamu akan kerjakan secepat mungkin dan selesainya juga cepat. Jadi kita punya waktu untuk twitteran juga tanpa mengorbankan tugas sekolah.
4. Oh iya, rencanakan juga "deadline". Dan ada satu catatan penting! Jangan sampai kamu diperbudak oleh jadwal yang telah kamu buat. Maksudnya gini, jangan terlalu over buat jadwalnya sampai-sampai kamu lupa tidur, lupa makan -_- santai aja biar belajarnya, istirahatnya, dan kebutuhan huburannya (twitteran) seimbang.
Oke? Emang sih menurut kalian ini cara yang sangat simpel dan kayaknya ga bakal berhasil. Tapi apa salahnya untuk dicoba? Lama-lama kan jadi terbiasa ;)

Mau Curhat Nih :'(


Aku mau curhat sedikit nih tentang sekolah aku. Oh iya, kenalin dulu aku Kiky, murid baru di salah satu SMA rsbi di Makassar. Yaaa aku bangga sekali saat aku tahu aku diterima menjadi siswa baru di sekolah yang sangat diidam-idamkan oleh pelajar di Makassar bahkan di luar Makassar. Tapi aku tidak merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh teman-teman yang lain. Aku justru merasa agak sedikit kecawa :’( tapi aku sangat bersyukur bisa bersekolah di sekolah ini.
Sebenarnya sebelum itu, aku ikut tes di salah satu sekolah unggulan di Makassar. Tapi sepertinya ini sudah bisa dikatakan sekolah andalan di Makassar deh-_- Yap ini adalah smudama, semua orang pasti tahu sekolah ini. Tesnya yang paling beda dengan sekolah lain, bahkan pelaksanaannya lebih dulu dibanding yang lain. Aku masih ingat nomor tes aku, no.40 :’) Tes masuknya itu hari Minggu, tapi semua peserta tes sudah harus berada di asrama pada hari Rabu. Pada saat tes aku tidak merasa tegang atau apapun itu, aku merasa rileks sekali. Tidak seperti ujian nasional yang membuat aku menghabiskan beberapa lembar tissue untuk mengelap keringat di tanganku. Aku melakukannya dengan santai, pikiran yang tenang, dan rasa percaya diri. Bayangkan pendaftar waktu itu tercatat ada 400an sedangkan yang mau diterima hanya 90 orang. Its so hard! Tapi aku optimis aku pasti bisa Tapi ternyata takdir berkata lain :’( Aku tidak lolos. Padahal aku menaruh banyak harapan di sekolah ini. Aku sangat berharap ini adalah sekolah  terbaik buat aku untuk masa depan aku nanti. Tapi ternyata Allah punya rencana lain :’( Tapi sungguh saya sangat ingin masuk di sekolah itu :’( Orang tua,keluarga,teman-teman sangat berharap aku masuk di sekolah itu, tapi apa mau dikata. Rasanya tuh kayak udah ga ada lagi semangat belajar, semuanya hilang! Dan itu berdampak ke sekolah aku yang sekarang. Aku merasa tidak ada semangat belajar, aku merasa aneh. Aku juga jadi pendiam di kelas. Padahal waktu smp aku anak yang aktif banget. Aku tahu aku seharusnya ga boleh seperti itu :’( Tapi…………yaa sudahlah aku sekarang mau belajar terima kenyataan. God, please help me to accept this reality. If this is the best for my future, please help me to accept the lessons, teachers, friends, community. My friend said "Maybe God does not want your parents alone at home, he wants to see you stay with them at home, you’re an only child, this maybe the best decision made ​​by the Lord...” Now my future is in high school, hopefully I can be successful and get the name of my school
Thanks….xxx


Minggu, 25 Maret 2012

Resensi Buku PKn Kelas IX (BSE)



 

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional dilindungi
oleh Undang-Undang
Pendidikan Kewarganegaraan:
Menumbuhkan Nasionalisme dan Patriotisme
untuk Kelas IX Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

Penulis                     :              Lukman Surya Saputra
Penyunting              :              Dindin Supratman
Pewajah Isi              :              Dudung Suwargana
Pewajah Sampul     :              A. Purnama

Sumber Sampul Depan Kelas IX
Dokumentasi Penerbit, CD Image, Infotol.astaga.com, Perso.orange.fr.paskibra,
Tempo.
Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan
Nasional dari Penerbit PT. Setia Purna Inves
Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009
SINOPSIS
Materi-materi pembelajaran pada buku ini disajikan secara sistematis, komunikatif, dan integratif. Di setiap awal bab, dilengkapi gambar pembuka pelajaran, bertujuan memberikan
gambaran materi pembelajaran yang akan dibahas, dan mengajarkan siswa konsep berpikir kontekstual sekaligus merangsang cara berpikir kontekstual. Selain itu, buku ini juga ditata dengan format yang menarik dan didukung dengan foto dan ilustrasi yang representatif. Penggunaan bahasa yang
sederhana, sesuai dengan tingkatan kognitif siswa membuat pembaca lebih mudah memahaminya.
Buku Pendidikan Kewarganegaraan: Menumbuhkan Nasionalisme dan Patriotisme untuk SMP/MTs Kelas IX ini terdiri atas empat bab, yaitu Bela Negara, Otonomi Daerah,
Globalisasi, dan Prestasi Diri. Buku ini dilengkapi juga dengan materi dan soal pengayaan.

Buku ini dilengkapi juga dengan contoh-contoh soal seperti Uji Kemampuan Bab, dan Uji Kemampuan Semester merupakanevaluasi atas pemahaman dan penguasaan terhadap materi dan konsep yang dipelajari. Kemudian, Apa yang Belum Kamu Pahami? dapat dijadikan tolak ukur kemampuan kamu dalam memahami materi yang telah dipelajari dan sejauh mana kamu termotivasi untuk belajar PKn lebih jauh lagi.